TANAM
SAYUR /BMS/
Batam/ 09-04-09-62/ ekowsystem@yahoo.com
Pada
mulanya bertanam sayur di pekarangan hanya dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi keluarga dengan memanfaatkan halaman rumah yang
tersisa, sehingga kegiatan ini banyak dikembangkan di pedesaan. Namun
saat ini budaya bertanam sayuran di pekarangan ternyata juga disukai
kalangan ibu rumah tangga di daerah perkotaan. Memang bukan untuk
pemenuhan gizi keluarga yang jadi tujuan utama, melainkan lebih
sekedar untuk menyalurkan hobi. Kegiatan ini cukup bermanfaat
terutama jika kebutuhan rempah atau sayuran yang mendesak.Daerah
perkotaan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan pekarangan maka
bertanam sayuran dapat dilakukan di dalam pot atau dilakukan secara
vertikultur. Dalam pemanfaatan pekarangan menjadi taman sayura sapek
budidaya dari tanaman tetap harus diperhatiakan. Dengan demikian
tujuan dari pemanfaatan pekarangan berapa pun luasannya akan
memberikan hasil yang optimal.
Kata
Kunci: Optimalisasi, Pekarangan, Produktifitas
I.PENDAHULUAN
Pekarangan
adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Lahan
ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang
menarik nyaman dan sehat serta menyenangkan sehingga membuat kita
betah tinggal di rumah.
Pekarangan
rumah kita dapat kita manfaatkan sesuai dengan selera dan keinginan
kita. Misalnya dengan menanam tanaman produktif seperti tanaman hias,
buah, sayuran, rempah-rempah dan obat-obatan. Dengan menanam tanaman
produktif di pekarangan akan memberi keuntungan ganda, salah satunya
adalah kepuasan jasmani dan rohani (Anonim, 2009). Taman indah di
sekitar rumah akan mampu membangkitkan semangat dan memberi inspirasi
bagi yang memandang. Sebuah pepatah Cina kuno”Apabila
ingin bahagia selama hidup, buatlah taman yang indah”.Pepatah
ini ada benarnya mengingat arti penting taman dalam sebuah rumah
tinggal (Supriati, dkk 2008).
Taman
sayur merupakan contoh taman yang multifungsi. Di satu sisi
tampilannya cukup memberikan kesan dan ketika dipanen dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan (Supriati, dkk 2008). Bahkan jika
jumlahnya cukup banyak bisa dijual yang akan memberikan keuntungan
ekonomis. Martha Stewart juga melakukan usaha berkebun sayuran di
pekarangan yang terdapat di belakang rumahnya di kawasan Bedford,
Cantitoe Corners sejak tahun 2001. Stewart berpendapat yang
dibutuhkan setiap hari adalah makanan, sehingga beliau tidak membuat
taman bunga di pekarangan rumahnya (Stewart dalam LIVING, 2010).
Selain
dari manfaat estetis dan produktif dari taman sayur ada manfaat lain
yang bisa kita peroleh. Dengan taman sayur di pekarangan kita ikut
mendukung gaya hidup hijau yang merupakan suatu usaha untuk mengatasi
laju pemanasan global yang bisa kita mulai dari rumah kita (Anonim,
2010). Sebagaimana kita tahu tumbuhan pada siang hari
berfotosintersis dengan mengambil CO2dari
udara dan sebagai hasilnya tumbuhan melepaskan O2ke
udara. Jadi dengan menanam sayuran di pekarangan rumah dapat
mengurangi konsentrasi CO2yang
semakin meningkatkan akibat emisi kendaraan bermotor yang lalu lalang
di sekitar rumah kita. Dengan demikian kualitas udara di sekitar
rumah kita menjadi lebih baik
II.PRODUKSI
DAYURAN DI INDONESIA
Pada
tahun 2002, konsumsi sayuran dan buah di Indonesia diperkirakan
sekitar 59,2 kg/kapita/tahun. Bila dari konsumsi sayuran 15% di
antaranya dibuang karena tidak diperlukan atau karena mengalami
kerusakan, berarti konsumsi bersih dari sayuran tersebut hanya
mencapai 47,5 kg/kapita/tahun atau sekitar 130,1g/kapita/hari. Angka
ini masih di bawah standar internasional untuk memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat, yakni di atas 150 g /kapita/hari. Angka ini belum
cukup baik bila dibandingkan dengan konsumsi rata-rata masyarakat
Asia 220 g/kapita/hari dan dunia sebesar 240 g/kapita/hari (Redaksi
Trubus, 2009).
Tabel
1. Produksi dan luas Lahan Beberapa Jenis Sayuran Komersial di
Indonesia tahun 2002.
Jenis
Sayuran
|
Luas
panen (Ha)
|
Produksi
(ton)
|
Bawang
merah
Bawang
Putih
Bawang
daun
Kentang
Kubis
Petsai/Sawi
Wortel
Lobak
Kacang
Merah
Kacang
Panjang
Cabe
Tomat
Terung
Buncis
Mentimun
Labu
siam
Kangkung
Bayam
|
78.615
7.051
37.475
55.942
1.088
58.909
43.787
17.210
26.516
145.084
44.674
53.344
24.854
46.764
7.107
28.928
31.425
75.815
|
643.463
58.219
364.914
859.948
15.098
1.276.816
500.805
258.980
63.536
684.184
702.624
315.199
214.518
549.064
105.050
204.387
147.231
516.960
|
Total
|
766.598
|
7.480.996
|
Sumber:
Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2002
Melihat
produksi sayur Indonesia pada tahun 2002 yang hampir mencapai 7,5 ton
(lihat tabel.1) sementara konsumsi sayuran mencapai 47,5
kg/kapita/tahun diperlukan 9,8 ton sayuran untuk lebih dari 206juta
penduduk Indonesia. Dengan demikian dapat diduga bahwa kontribusi
sayuran non-komersil dalam memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran
mencapai 2,3 juta ton (Redaksi Trubus, 2009).
Dari
besarnya kontribusi yang diberikan oleh sayuran non-komersil tersebut
dapat dipastikan bahwa usaha bertanam sayuran di halaman masih sangat
diperlukan. Bagi masyarakat di pedesaan, bukan saja untuk memnuhi
kebutuhan sendiri, melainkan juga untuk menambah penghasilan
keluarga. Karena hasil panen dapat dijual ke pasar. Kegiatan bertanam
sayur di pekarangan saat ini telah menjadi alternatif penyaluran hobi
yang banyak dilakukan ibu rumah tangga di kota.
III.KLASIFIKASI
AREA PEKARANGAN
Secara
garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya dapat
dibagi menjadi:
Daerah
umum (public
area).
Taman yang kita buat dimaksudkan pada area ini selain dilihat dan
dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di
depan atau disekitar rumah kita.
Daerah
kesibukan (service
area).
Taman yag kita buat pada area ini adalah untuk kesibukan penghuni
rumah, misalnya tempat mencuci pakaian, mencuci piring atau lainnya.
Pada area inipun dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan, sayur-sayuran
atau tempat menanam tanaman obat-obatan. Begitu pula tempat
anak-anak bermain. Biasanya daerah ini diletakkan dekat dapur,
dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu pada saat sedang memasak
mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan waktu yang lama, jadi
masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula tempat anak-anak bermain
diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu atau pembantu rumah
tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil bekerja, setiap saat
dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Apalagi tiba-tiba ada
anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan, terutama pada malam
hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.
Daerah
pribadi (private
area).
Daerah ini kita buat taman yang khusus untuk pribadi, misalnya
tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinya tempat “bertukang”,
melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat dapat
diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan disamping rumah.
Daerah
famili (family
area).
Daerah ini dapat dibuat taman untuk kepentingan keluarga, atau
tempat berolah raga, atau tempat keluarga berkumpul, camping dan
lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak-anak dikala remaja
bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang strategis
dipekarangan bila pekarangannya luas (Irwan, 2008).
IV.KEUNTUNGAN
PEKARANGAN PRODUKTIF
Berbagai
keuntungan diperoleh dengan memanfaatkan pekarangan menjadi produktif
secara konseptual adalah sebagai berikut:
Banyak
yang tidak menyadari akan potensi pekarangan sebagai penghasil
(tambahan), seperti bahan pangan atau bahan obat-obatan bahkan
ternak untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka hidup sehat,
murah dan mudah.
Pemanfaatan
pekarangan merupakan bagian dari pembangunan hutan kota, guna
lingkungan yang nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
(suistanable development), karena pemanfaatan pekarangan merupakan
pelestarian ekosistem yang sangat baik.
Jika
setiap rumah mempunyai pekarangan yang indah serta terpelihara,
sekaligus akan meningkatkan pembangunan hutan kota yang berbentuk
menyebar dengan struktur yang berstrata akan meningkatkan kualitas
lingkungan yang sejuk, sehat dan indah.
Dengan
membuat taman pekarangan, ini berarti akan dapat menyalurkan segala
kreatifitas dan kesenangan ataupun hobi semua anggota keluarga.
Unsur
utama dalam pemanfaatan pekarangan adalah tanaman, apakah itu
tanaman hortikultura, obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah dan
lainnya.
Pemanfaatan
pekarangan dengan taman pekarangan yang konseptual akan memberikan
kenyamanan serta dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah
terutama anggota keluarga, maupun siapa saja yang lewat disekitar
rumah kita.
Pemanfaatan
pekarangan mengandung nilai pendidikan khususnya dapat mendidik
anggota keluarga cinta lingkungan, juga pekarangan dapat menjadi
laboratorium hidup (Irwan, 2008; Ginting, 2010).
V.
ERENCANAAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
Berikut
panduan perencanaan dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan:1.
Persiapan Media Tanam
Tahap
ini merupakan tahap awal dalam berkebun. Jika pekarangan luas lahan
perlu dibersihkan dari tanaman liar. Upayakan pembersihan lahan tidak
menggunakan bahan kimia karena residunya dalam tanah akan mengurangi
produktivitas tanah.
Media
tanam untuk bertanam sayur harus mengandung unsur-unsur mineral dan
bahan organik. Bila tanah berwarna gelap dan gembur, kita hanya perlu
memberikan pupuk tambahan pada saat penanaman. Sedangkan bila tanah
berwarna agak terang, pucat, dan padat maka kita perlu mengolahnya
secara intensif dengan mencangkul untuk mengemburkan tanah
dilanjutkan dengan memberikan pupuk organik (pupuk kandang atau
kompos) dan pupuk kimia (TSP, KCl, dan Urea) secara berimbang
(Andhika, 2009).
Untuk
lahan sempit penanaman dalam pot dan vertikultur dapat menjadi
alternatif. Yang perlu dilakukan adalah memilih pot yang sesuai
dengan karakterisitik tanaman, sehingga ukuran dan porositas pot
perlu diperhatikan.
2.
Menentukan Jenis Tanaman
Pilihlah
jenis tanaman yang bermanfaat bagi keperluan rumah tangga baik untuk
obat atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan keperluan
dapur (cabe, tomat, sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi keluarga
(pepaya , pisang , jeruk dan lain-lain). Upayakan menanam beragam
jenis tanaman dengan maksud untuk mencegah adanya serangan hama dan
penyakit pada tanaman. Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang
memiliki figure menarik misalnya tanaman mengkudu yang memiliki
bentuk daun yang lebar, tanaman kencur dengan bentuk daun yang unik
dan sebagainya.
Jenis
sayuran yang akan ditanam harus ditentukan sejak awal agar hasil
panenyang diperoleh akan memuaskan.
Tabel
2. Beberapa jenis sayuran yang dapat ditanam di pekarangan
Jenis
sayuran
|
Nama
Lokal
|
Nama
Latin
|
Tipe
Tanaman
|
Sayuran
Daun
Sayuran
buah
Sayuran
Bunga
Sayuran
Umbi dan batang
|
Bayam
Beluntas
Kangkung
Katuk
Kemangi
Kol
Mangkokan
Melinjo
Pepaya
Sawi
Seledri
Bawang
daun
Bawang
kucai
Leunca
Buncis
Cabe
Besar
Cabe
Rawit
Gambas
Kacang
Panjang
Kacang
kapri
Labu
siam
Leunca
Pare
Terung
Tomat
Mentimun
Kembang
kol
Pepaya
Talas
Wortel
|
Amaranthus
Sp.
Pluchea
indica
Ipomea
aquatica
Sauropus
androgynus
Ocimus
sanctum
Brassica
oleraceae
Nothopanax
Sp.
Gnetum
gnemon
Carica
papaya
Brassica
juncea
Apium
graveolens
Allium
ascolonicum
Allium
porrum
Salanum
nigrum
Phaseolus
vulgaris
Capsicum
annum
Capsicum
frustenscens
Luffa
acutangula
Vigna
sinensis
Pisum
sativum
Sechium
edule
Salanum
nigrum
Momordica
charantia
Salnum
melongena
Solanum
lycopersicum
Cucumis
sativus
Brassica
oleraceae
Carica
papaya
Colocasia
escilenta
|
Herba
menahun/ semusim
Perdu
tegak
Semak
menjalar
Perdu
tegak
Perdu
tegak
Herba
Perdu
Pohon
Pohon
Herba
Herba
Herba
merumpun
Herba
merumpun
Perdu
Merambat
Herba
tegak
Herba
tegak
Merambat
Merambat
Perdu
Merambat
Perdu
Merambat
Perdu
Perdu
merambat
Merambat
Herba
Pohon
Herba
|
Sember:
Redaksi Trubus, 2009
4.
Tata Letak Tanaman
Pada
prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup
sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari
bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti
buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis
tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari terhadap
tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman
perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya
matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan
unsur hara. Aturlah tata letak sedemikian rupa yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai menghalangi jalan
masuk, menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran masuk
ke areal kebun tetangga (Andhika, 2009) .
5.
Pemeliharaan
Tahap
pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus
selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa aspek
yang harus diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman, pemupukan serta
pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan
dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar,
bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain
untuk kebersihan dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput
sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah karena dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman dan serasah ini dapat juga
diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos.
Pemberian
air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting terutama
pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya
aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan
lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab). Salah satu
upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di lahan pekarangan
adalah dengan membuat kolam (Andhika, 2009). Tetapi umumnya tanaman
sayur disiram 1-2 kali per hari untuk tanaman sayur dalam pot.
Pemupukan
bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan pada tanaman.
Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik, misalnya pupuk
organik cair , kompos dan pupuk kandang (Supriati, dkk., 2008).
Pengendalian
hama penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman di pot kemungkinan
penularan penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi
oleh pot. Pada lahan pekarangan yang sempit kita bisa mengendalikan
hama dan penyakit secara manual sehingga penggunaan bahan kimia dapat
dibatasi. Hal ini akan membuat sayuran yang dihasilkan dari
pekarangan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran
organik (Prapanca, 2005).
6.
Pemanenan
Sayuran
perdu yang dipetik daunnya sudah dapat dipetik hasilnya pada umur 35
– 40 hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan selang 3 – 4 hari.
Namun berbeda denga bayam cabut dan kangkung darat dilakukan secara
langsung dengan mencabut tanaman beserta akarnya. Jenis sayuran
seperti kol, sawi, selada dipanen umur 2 – 3 bulan. Kacang-kacangan
dipanen dengan melihat kondisi polong kacangnya. Cabe dan tomat dapat
dipanen umur 45 – 50 hari setelah tanam. Labu siam dipanen antara 3
– 5 bulan setelah tanam. Tanaman yang tidak sekali panen jika
pemeliharaannya baik dapat terus dipanen dalam waktu yang lama
(Redaksi Trubus, 2009).
Tabel
3. Umur Panen pada Berbagai Jenis Sayur
Jenis
Sayur
|
Umur
Panen (bulan)
|
Tomat
Cabe
Terong
Bayam
Kangkung
Mentimun
Labu
siam
Pare
Wortel
Seledri
Brokoli
Kol
Sawi
Pakchoi
Petsai
Selada
Bawang
Daun
Kacang
Panjang
Kacang
buncis
Kacang
kapri
|
2
4
4
1-1.5
3
2
3
2,5
3
2-3
1,5-5
3-4
2
2,5
2,5
2
2,5
2-2,5
2,5
3-4
|
Sumber:
Supriati, 2009
VI.SIMPULAN
Pekarangan
rumah berapa pun luasannya dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga
akan meningkatkan produktivitasnya. Pekarangan yang ditanami dengan
sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar pada usaha mencukupi
kebutuhan gizi keluarga. Dalam pemanfaatan pekarangan dengan sayuran
harus diperhatikan juga aspek budidaya dari sayuran yang ditanam.
,,alhamdulillah